Bangunan Megah di Padang Tualang Jadi Simbol Harapan Baru: Gerakkan Ekonomi Rakyat, Serap Tenaga Lokal

Bangunan Megah di Padang Tualang Jadi Simbol Harapan Baru: Gerakkan Ekonomi Rakyat, Serap Tenaga Lokal

Senin, 04 Agustus 2025, Agustus 04, 2025
OPEN REKRUTMEN PARALEGAL!

 


LangkatPeristiwa24.id -

Dalam lanskap pembangunan Kabupaten Langkat yang perlahan mulai bergerak menuju kemandirian ekonomi daerah, hadirnya sebuah bangunan bertingkat di tepi Sungai Batang Serangan, Desa Tebing Tanjung Selamat, Kecamatan Padang Tualang, kini menjadi simbol baru dari harapan dan transformasi sosial-ekonomi masyarakat. Meski sempat menuai sorotan dan perdebatan, fakta di lapangan menunjukkan bahwa bangunan tersebut telah membawa manfaat konkret bagi warga sekitar.


Dari konstruksi yang menyerap puluhan tenaga kerja lokal, hingga geliat pelaku UMKM yang mulai kembali hidup berkat meningkatnya lalu lintas ekonomi di kawasan itu—bangunan ini telah menjadi motor mikro pembangunan masyarakat yang selama ini kurang tersentuh oleh investasi dan perhatian pembangunan.


Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Langkat (PB HIMALA), Muhammad Wahyu Hidayah, menyampaikan pandangan yang tegas dan visioner terkait kehadiran bangunan tersebut.


“Pembangunan ini tidak bisa dipandang hanya dari sisi lokasinya. Kita harus melihat dari perspektif dampaknya. Ada warga yang sekarang punya penghasilan tetap, ada anak muda yang sebelumnya pengangguran kini ikut bekerja, dan ada pedagang kecil yang bisa menggantungkan hidup karena aktivitas ekonomi yang mulai berdenyut,” ujar Wahyu.


Lebih dari sekadar membela keberadaan bangunan itu, Wahyu mendorong agar masyarakat dan pemerintah bersinergi dalam menciptakan iklim pembangunan yang konstruktif dan berkeadilan.


“Kami percaya bahwa upaya seperti ini harus didukung. Ketika pembangunan berpihak pada rakyat, membuka lapangan pekerjaan, dan menumbuhkan harapan, maka itu adalah jalan menuju Langkat yang mandiri. Jangan sampai semangat baik dari pelaku pembangunan justru dibunuh oleh asumsi dan kepentingan sempit,” tegasnya.


Ia juga mengajak pemerintah daerah untuk melihat peluang dalam dinamika ini. “Pemerintah harus hadir bukan untuk menghambat, tetapi untuk membimbing. Jika perlu ada evaluasi teknis atau penyesuaian regulasi, lakukan secara profesional. Jangan malah mematikan potensi yang sedang tumbuh,” tambahnya.


Senada dengan itu, Aktivis dan sekaligus Mantan Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Langkat, Novian Pratama, juga menyampaikan apresiasinya terhadap pembangunan yang dilakukan secara bertanggung jawab dan mengakar di tengah masyarakat.


“Kita perlu mengubah cara pandang terhadap pembangunan. Jika pembangunan dilakukan dengan memperhatikan masyarakat sekitar, melibatkan warga secara langsung, dan memberi manfaat riil, maka itu bukan hanya pembangunan fisik, tapi juga pembangunan sosial,” ujar Tama.


Ia menyebut bangunan tersebut sebagai cerminan keberanian dan kemandirian lokal, yang patut dijadikan contoh dalam iklim pembangunan daerah.


“Ini bukan soal siapa yang membangun. Ini soal siapa yang diuntungkan. Dan saat ini, yang merasakan dampaknya adalah rakyat kecil—pekerja harian, pedagang, bahkan pemuda desa. Maka menjadi kewajiban moral kita untuk mendukungnya. Bukan untuk semata-mata menyanjung fisik bangunan, tetapi demi kebermanfaatan jangka panjang bagi masyarakat,” lanjutnya.


Tama juga mengingatkan bahwa membangun daerah tidak selalu harus menunggu program pusat atau APBD. Terkadang, inisiatif swasta yang tulus dan berpihak pada masyarakat justru bisa lebih cepat menggerakkan roda pembangunan.



Bangunan dan Harapan


Meski lokasinya berada di kawasan yang sempat diperdebatkan secara tata ruang, para tokoh muda Langkat justru melihat inisiatif ini sebagai momentum pembelajaran dan kolaborasi. Mereka mendorong agar pemerintah melakukan peninjauan dengan pendekatan solutif dan inklusif—bukan dengan cara represif atau penghambatan sepihak.


“Bangunan ini tidak hanya menegakkan tiang-tiang beton, tetapi juga menegakkan kepercayaan masyarakat bahwa perubahan itu mungkin, dan bahwa Langkat bisa tumbuh dari bawah,” pungkas Wahyu.


Pembangunan yang bermanfaat harus dikawal, bukan dimatikan. Bangunan ini telah memberi bukti bahwa keberanian membangun dari pinggiran dapat menghasilkan dampak besar bagi masyarakat. Sudah saatnya seluruh elemen—pemerintah, masyarakat, pemuda, dan pelaku usaha—bersatu dalam satu visi: menjadikan Langkat sebagai daerah yang mandiri secara ekonomi, berdaya secara sosial, dan bermarwah dalam pembangunan.

TerPopuler