Wendi, Pemulung Inspiratif yang Jadikan Kolong Jembatan Rumah Bermartabat

Wendi, Pemulung Inspiratif yang Jadikan Kolong Jembatan Rumah Bermartabat

Senin, 07 Juli 2025, Juli 07, 2025
OPEN REKRUTMEN PARALEGAL!

                          


Jakarta, Peristiwa24.id -



Kolong jembatan identik dengan tempat yang kotor dan berisik. Namun, area yang kecil dan sempit itu masih dimanfaatkan oleh sejumlah orang untuk dijadikan tempat tinggal.



Salah satunya Wendi, seorang pria yang sehari-hari bekerja sebagai pemulung telah menyulap kolong jembatan menjadi sebuah tempat tinggal. Ia rela mandi, makan, dan tidur di bawah kolong jembatan yang gelap dan bau karena tepat di bawah Kali Ciliwung.



Tim detikProperti berkesempatan untuk datang langsung ke tempat tinggal Wendi yang berada di bawah jembatan Pasar Rumput. Jembatan ini menghubungkan Jalan Sukabumi dengan Jalan Sultan Agung. Lokasinya ada di seberang Rusun dan Halte TransJakarta Pasar Rumput.



Ketika ingin masuk ke bawah jembatan, kami harus turun menggunakan pijakan kaki yang terbuat dari kayu. Selain itu, kami juga harus turun ke kedalaman sekitar 3 meter melalui celah antara jembatan dengan tanah.



Celah tersebut juga sangat sempit dan lebarnya hanya setengah meter. Risikonya sangat besar, salah langkah dan terpeleset tak hanya menyebabkan jatuh dan terluka, tapi bisa terseret arus Kali Ciliwung yang cukup kencang.


Setibanya di bawah, terlihat tempat tidur Wendi yang jauh dari kata nyaman dan sehat. Ia tidur hanya beralaskan karpet dan dihimpit rangka baja jembatan yang mulai berkarat.



Ia harus tidur di sebelah karung-karung berisi botol bekas. Aromanya pun tak sedap karena botol tersebut dipungut dari tempat sampah, jalanan, hingga selokan. Ditambah lagi bau Kali Ciliwung yang menyengat hidung.



Meski begitu, Wendi tetap bersyukur tinggal di kolong jembatan. Ia mengaku merasa aman daripada harus tidur di halte atau emperan toko karena bisa mengancam keselamatan nyawa.



"Kalau kita malah tenang di sini, justru saya takut kayak yang lain tidur di emperan-emperan gitu takut ketangkap (Satpol PP). Di sini juga tersembunyi jadi enggak ketahuan orang," kata Wendi saat diwawancara detikcom, Kamis (3/7/2025).



Untuk makan sehari-hari, Wendi terkadang membeli beras 1-2 canting dan ikan asin yang dimasak di atas tungku kayu. Apabila mendapat uang lumayan banyak dari hasil memulung, ia bisa membeli sebungkus nasi di warteg dengan lauk sederhana.



"Kadang ada pak haji suka ngasih gocap (Rp 50.000), dia kadang lewat tiap balik sholat Jumat, lumayan uangnya buat sarapan pagi atau buat masak," ungkap Wendi.



Wendi tinggal berdua bersama sahabatnya, Amor, di bawah jembatan itu. Ia mengatakan Amor adalah orang paling lama yang tinggal di kolong jembatan Pasar Rumput hingga sekarang.



Ia bercerita jika Amor tinggal di bawah jembatan itu hingga sudah memiliki tiga istri dan empat anak. Bahkan, salah satu istrinya pernah melahirkan anak di kolong jembatan tersebut.



"Sudah tiga kali punya bini ya di sini, lahiran anaknya juga di sini. Sampai usianya 5 tahun baru dipindahin ke Bojong," ujarnya.




Wendi sendiri baru tiga tahun tinggal di kolong jembatan Pasar Rumput. Awal mula menetap di sini karena dirinya diajak oleh mertua Amor saat masih memulung di daerah Depok, Jawa Barat.


Selama hidup di kolong jembatan, aktivitas sehari-hari Wendi hanya tidur dan memulung. Terkadang Wendi mengumpulkan botol bekas dari atas Kali Ciliwung. Bersama Amor, keduanya duduk berjam-jam di atas rangka besi baja sambil menggerakkan serokan untuk memungut botol bekas.



Hidup di bawah kolong jembatan bukan tanpa halangan. Menghirup bau tak sedap hingga digigit nyamuk sudah hal biasa. Namun jika air kali sudah meluap, mau tak mau ia harus rela mengungsi ke 'atas' karena tempat tinggalnya kebanjiran.



"Pernah sekali (kali meluap), sampai basah ke sini. Biasanya kalau sudah hujan deras enggak sampai sehari air sudah meluap. Kalau sudah banjir ngungsi ke atas ke toko-toko," ungkap Wendi.


Ada keinginan dari dalam hati Wendi untuk bisa mendapat pekerjaan yang layak, misalnya menjadi Pekerja Penanganan Prasarana dan Sarana (PPSU) atau disebut pasukan oranye. Namun, melihat dirinya yang hanya tamatan SD rasanya sulit untuk bisa menggapai mimpi mendapat pekerjaan yang layak.



Wendi berujar akan tetap bertahan di kolong jembatan Pasar Rumput karena tempat ini adalah yang paling aman menurutnya. Ia pun menjalani profesinya sebagai pemulung dengan ikhlas dan tak pernah tergoda untuk menjadi tukang minta-minta.



"Waduh apalagi yang begitu (jadi tukang minta-minta). Makanya saya mending menyendiri, mending mulung halal. Enggak mau saya yang kayak begitu," pungkasnya.








Sumber : fakta62.info- 

TerPopuler